Dominasi Sawit di Kawasan Transmigrasi Kerang Jadi Sorotan, TEP Dorong Pengembangan Pisang dan Cabai Sebagai Komoditas Unggulan Baru

13 Oktober 2025
Kominfo Kab. Paser
Dibaca 48 Kali
Dominasi Sawit di Kawasan Transmigrasi Kerang Jadi Sorotan, TEP Dorong Pengembangan Pisang dan Cabai Sebagai Komoditas Unggulan Baru

KERANG PASER – Tim Ekspedisi Patriot (TEP) Kawasan Kerang, yang beranggotakan akademisi dari ITS, IPB University, dan UI, menyoroti urgensi diversifikasi komoditas pertanian di Kabupaten Paser. Dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang baru saja rampung, ditemukan fakta bahwa komoditas perkebunan di kawasan transmigrasi Kerang dan desa-desa penunjang saat ini didominasi oleh kelapa sawit sebesar 92%, meninggalkan ruang terbatas bagi potensi tanaman pangan dan hortikultura lainnya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Paser, dalam sambutannya, menegaskan bahwa paradigma transmigrasi telah berubah, bukan lagi sekadar pemindahan penduduk, melainkan berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan pemetaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dalam konteks ini, UPT Keladen ditetapkan sebagai "titik magnet" pengembangan kawasan secara menyeluruh.

Daerah yang menjadi fokus pengembangan kawasan transmigrasi Kerang meliputi 3 Kecamatan dan 15 Desa, yang diwakili kehadirannya dalam FGD, yaitu: Desa Kerang, Petanggis, Langgai, Kerang Dayo, Tempakan, Mengkudu, Riwang, Lomu, Segendang, Senipah, Random, Suatang, Tebru Paser Damai, Bai Jaya, dan Pengguren Jaya.

Sawit Tidak Optimal di Lahan 1 Hektar

Dalam pemaparan Tim IPB University (Output 2) yang fokus pada Desain Pengembangan Komoditas Unggulan, dijelaskan bahwa sawit menjadi primadona karena faktor harga dan pasar yang terjamin. Namun, Dinas Tanaman Pangan setempat memberikan pandangan bahwa lahan yang diberikan kepada warga transmigran di UPT Keladen, yang rata-rata seluas 1 hektar, dinilai belum optimal jika sepenuhnya ditanami sawit.

Kondisi ini memicu TEP untuk mencari alternatif komoditas yang lebih sesuai dengan lahan terbatas dan dapat meningkatkan kesejahteraan secara cepat.

Pisang dan Cabai Sebagai Harapan Baru

Hasil konfirmasi dan klarifikasi data dalam FGD mengidentifikasi dua komoditas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan:

  1. Pisang: Komoditas hortikultura ini telah mendominasi produksi di kawasan Kerang dengan capaian 700 kwintal dan bahkan sudah mampu dijual hingga ke Balikpapan (Desa Kerang).

  2. Cabai: Komoditas ini sempat menjadi penyangga saat terjadi kelangkaan dan didistribusikan dari Keladen, menunjukkan adanya permintaan pasar yang kuat (Kecamatan Tanjung Harapan).

Tim IPB kini tengah menyusun rekomendasi untuk mendorong pengembangan komoditas ini, termasuk pemetaan kebutuhan pelatihan tani pisang, olahan pisang, dan manajemen yang lebih lengkap, demi mewujudkan perubahan yang komprehensif.

Kendala Aksesibilitas dan Pasar Non-Sawit

Meskipun potensi komoditas non-sawit terbuka lebar, pengembangan ini masih menghadapi tantangan serius:

  • Jalan Rusak dan Distribusi: Kondisi jalan poros dan jalan lingkungan yang rusak (terutama saat hujan) di UPT Keladen dan desa sekitarnya menyebabkan biaya distribusi komoditas seperti cabai menjadi tinggi, sehingga harga jual naik dan memengaruhi daya saing pasar.

  • Kesesuaian Bibit dan Pelatihan: Kecamatan Tanjung Harapan meminta TEP untuk membantu menentukan bibit yang benar-benar cocok dan produktif, mengingat karakteristik tanah yang beragam di UPT Keladen. Warga transmigran juga membutuhkan pelatihan intensif karena tidak semuanya memiliki pengetahuan yang memadai tentang pertanian.

Menjawab tantangan pasar yang belum memadai untuk hortikultura, warga Desa Riwang memberikan masukan strategis: perlu dibangun pabrik kecil di sekitar UPT Keladen. Pabrik ini akan berfungsi sebagai pasar yang menunjang komoditas selain sawit, seperti ubi, padi, dan lainnya, sehingga produksi petani memiliki kepastian serapan.

Sebagai penopang kelembagaan, TEP Tim UI merekomendasikan penguatan Kelompok Tani sebagai lembaga ekonomi yang paling sesuai dibentuk di UPT Keladen, karena sejalan dengan profil pekerjaan mayoritas warga dan kebutuhan penguatan kapasitas yang tinggi.

Pemerintah Daerah melalui Bapeda Litbang menyatakan akan mendukung penuh rekomendasi praktis dari TEP ini, terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi baru di Paser, dan berharap rekomendasi tersebut dapat ditindaklanjuti secara maksimal di tahun mendatang.

 

Institut Pertanian Bogor

Dr. Doni Sahat Tua Manalu, SE.,MSi.
Lailah Azizah Syukur, S.Tr.Bns. 
Farhan Fauzul Azhim 
Putri Nadira Gustina 
Izzuddin Haidar Al Qossam